Friday, December 24, 2004

Langit malam...

Langit malam, kumohon
peluklah aku...

Aku merasa hanya kaulah satu-satunya
yang sungguh menyayangiku
tanpa pamrih dan penuh kasih

Bulan, bintang dan matahari
hanya mengasihaniku dengan terangnya
namun, di matanya aku bukanlah apa-apa
aku hanya sekedar lalu lewat
dalam kegemilangan derita
Kemenangan adalah cita-citanya
aku hanya sekedar bidak langkah
menuju kejayaannya

Dan kini aku kian mengetahuinya...

Langit malam, kumohon
peluklah aku erat...

Aku sudah membakar buku-buku harapanku
sudah kurangkaikan buku baru bersama
menuju masa depan dengannya
namun, ternyata lembar demi lembar
halaman buku itu terserabut
dari jilid cinta
karena diisi oleh tinta hina
rasa yang dijatuhkan atas vonis
kealpaan dan kasihan semata
Inikah artinya aku tak layak
sedikit pun untuk Cinta?

Lalu siapa lagi yang boleh kupercaya?
Semua sudah kucoba
segala perih dan kecewa tak kuindahkan
kuganti dengan ukiran semangat dan harap
karena sungguh kupercaya Cinta
segala tuduhan dan caci maki kurangkul
kuingat dan kuamini sebagai pelajaran
karena sungguh kupercaya Cinta
segala apa yang boleh aku jadikan upaya
segalanya yang tak pernah diakuinya
kuanggap ujian dan tetap kuperjuangkan
agar boleh sedikit saja diterima
karena sungguh kupercaya Cinta

Langit malam, kumohon...
Kumohon dengan sangat
peluklah aku dengan erat

Peluklah aku dengan gelap pekatmu
Tidurkan aku dalam pembaringan maha hitammu
Rengkuhlah jiwa kerdilku dalam keluasan kelammu
Berkali sudah aku kehilangan arah...
dan malam ini, hanya kau
yang masih setia mendengarkanku

Langit malam, kumohon
peluklah aku dengan hangatmu

Aku sudah tak menangis lagi...

No comments: