Thursday, January 19, 2006

7th Heaven


Sore tadi sempat nonton TV dan kebetulan serial TV 7th Heaven yang sedang tayang di nrk1. Serial TV ini berkisah tentang kehidupan keluarga pendeta Eric Camden dan istrinya Annie Camden yang memiliki 7 orang anak, berikut seekor anjing yang lucu. Episode tadi berjudul Dirty Laundry. Dari sekian kisah yang ditampilkan The Camden pada episode ini, ada satu yang cukup menyentuh.

Seperti ditunjukkan di awal kisah episode ini, secara misterius Eric menemukan di bawah pintu kantornya selembar cek senilai US$ 20.000 yang bisa dianggap sumbangan untuk gereja yang dikelolanya. Namun, Eric kemudian mengetahui pemberi cek tersebut adalah seorang perempuan Jepang-Amerika yang pernah dijebloskan ke internment camp, semacam kamp pengasingan untuk orang Jepang-Amerika yang pada saat perang dunia II dianggap sebagai potensi ancaman bagi Amerika. Perempuan itu menyumbangkan cek tersebut karena merasa kecewa dan tenggelam dalam kesedihan atas perlakuan diskriminasi yang didapatnya akibat ke-Jepang-annya. Lalu ia memperoleh uang senilai dalam cek tersebut sebagai kompensasi dari pemerintah AS yang mengakui kebijakan tersebut sebagai suatu kesalahan. Maka, dengan menyumbangkan seluruh uang tersebut ia berharap bisa melupakan masa lalunya tersebut.

Yang menarik adalah Eric berusaha mengetahui siapa pemberi donasi tersebut. Setelah mengetahui siapa, Eric malah berusaha mengembalikan cek tersebut sekaligus membantu memulihkan kekecewaan yang dialami perempuan tersebut. Dan Eric berhasil mengembalikan kepercayaan diri perempuan tersebut.

Aku membayangkan, jika kita menerima donasi, apalagi donasi untuk kegiatan keagamaan atau rumah Tuhan, maka akan sangat kecil kemungkinan kita mempertanyakan dari mana asal dan niat uang donasi tersebut. Kenapa? Karena kita percaya segala sesuatu yang diberikan untuk Tuhan dan segenap pernak-perniknya pastilah mampu menyucikan uang atau pemberian tersebut. Namun, Eric memberi teladan yang berbeda. Sebagai seorang pemuka agama (pendeta), Eric memberi contoh bahwa kondisi realitas umatnya lebih penting daripada sekedar mengumbar janji tentang surga dan penghapusan dosa dalam khotbahnya atau memperbagus gerejanya (padahal jelas gerejanya sedang membutuhkan dana). Eric berusaha dekat dengan persoalan umatnya, bahkan hingga ke persoalan psikologis kejiwaan. Cek senilai US$ 20.000 tidak membuatnya serta merta menerima begitu saja karena ia menyadari bahwa itu tidak akan berarti apa-apa jika si donatur ternyata tidak merasa damai, tulus, dan ikhlas secara pribadi. Demikianlah semestinya peran dan fungsi pemuka dan pemimpin agama di tengah-tengah umatnya. Dan, satu lagi yang terpenting, Eric melakukan semua itu tidak dengan menggunakan jargon-jargon hukum Tuhan dan sebagainya. Hanya kesabaran dan ketulusan (karena ia sempat ditolak dan diusir dari rumah perempuan tersebut). Luar biasa!

Masih banyak lagi yang dipetik hikmahnya dari 7th Heaven tapi sementara itu dulu. Kelak akan diulas lagi hikmah lainnya.

No comments: